Jumat, 01 April 2011

metode belajar berkualitas


Metoda Belajar Berkualitas
Berbicara mengenai pendidikan dan kurikulum kita tak dapat melepaskan diri dari komponen pentingnya yaitu metode belajar. Ditengarai salah satu kelemahan sistem pendidikan Indonesia ada pada komponen ini. Metode balajar ialah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi dengan prosedur tertentu dalam upaya mencapai tujuan kurikulum (Hamalik: 2010). Sebagian besar sekolah-sekolah kita masih menerapkan metode belajar konvensional yang mengabaikan proses, belajar hanya untuk mengejar angka kelulusan (learning for exam). Sekolah dengan model belajar seperti ini miskin pengalaman belajar karena belajar hanya dianggap sebagai kegiatan mentransfer ilmu dari guru ke murid.
Sementara pendekatan lainnya adalah pendekatan yang mengacu kepada siswa atau pendekatan proses (learning for experience). Dalam pendekatan ini, belajar diartikan sebagai kegiatan mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar dalam diri siswa supaya menemukan dan mengelola hasil penemuannya atau belajar bagaimana belajar, sehingga tujuan belajar menjadi lebih luas, yaitu belajar untuk mencari pengalaman. Sekolah demikian melahirkan siswa-siswa yang kritis tandanya siswa tidak malu mengemukakan pemikiran-pemikiran kritis, gemar “melahap” buku-buku sumber ilmu pengetahuan, memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Benjamin S. Bloom (1956), merumuskan tujuan belajar menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Setiap ranah dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori berurutan secara hirarkis, mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Dia menyakini bahwa tingkatan ranah berpikir ini juga menentukan dampak belajar yang dialami siswa. Keberhasilannya tergantung pada kecermatan guru menentukan tujuan belajar, tehnik pembelajaran dan kegiatan kelas. Kegiatan kelas disesuaikan dengan kemampuan belajar siswa-siswa yang beragam, sehingga diharapkan mampu mencapai hasil sebagai ketuntasan belajar. Keberhasilan pembelajaran di balik ruang-ruang kelas akan meningkatkan mutu pendidikan lebih dari sekadar angka kelulusan, tetapi juga mutu lulusannya.
Persoalannya tidak semua guru mampu membuat dan merancang kegiatan belajar yang berkualitas. Kendala seperti keterbatasan fasilitas, kemampuan penguasaan substansi dan dukungan dari institusi atau lingkungan pendidikan nampaknya masih cukup kuat. Jika seorang guru memiliki kemampuan menentukan metode belajar yang tepat pasti akan memudahkan tugasnya sebagai fasilitator. Menjadi fasilitator pembelajaran akan membuat guru memiliki basis penilaian yang adil dan akuntabel, melakukan pendekatan terhadap siswa sesuai dengan kekhususannya, serta membuat refleksi mengajar yang cerdas. Refleksi mengajar berisi tindakan dan akibat yang dialami kelas setelah suatu metode mengajar diterapkan. Refleksi juga memperkaya khasanah guru dalam belajar, kumpulannya bernama portofolio yang terus bertumbuh seiring dengan pertambahan proses interaksi belajar dan mengajar.
Keuntungan bagi siswa, bila mengacu pada teori Bloom, susun tahapan berfikir dari tahapan tingkat rendah (low order thinking skill) menuju ke tingkat tinggi (high order thinking skill) memudahkan siswa beradaptasi di setiap tahapannya sehingga tidak kesulitan beradaptasi terhadap materi, sekali lagi dengan bantuan metode belajar yang dirancang dengan pas di mana guru berfungsi dan berperan sebagai fasilitator. Dampaknya mendorong siswa kreatif dan kritis dan menggunakan ragam kecerdasannya, memaklumi kelemahan dan kelebihannya karena tertakar sesuai tahapan. Terhadap suasana belajar, akan lebih menyenangkan karena tidak terjebak dalam kebuntuan belajar yang statis dan monoton.